Friday, August 20, 2021

Zaujatii (istriku) [Part 1]

 Nurul Utami Imaniyah binti sugiono istri dari Muhammad Zainullah bin H. Agus Prihantono




Pertama kali berjumpa dengannya di masjid kantor Transvision. Saat ini saya sebagai imam solat dan dia makmum masbuk,seperti biasa setelah selesai solat saya balik badan ke arah jamaah dan tanpa sengaja melihatnya.

Selesai solat dan dzikir saya pun bergegas kembali ke ruangan kerja dan tanpa sengaja saling bertatap mata dengannya. Disaat itu lah kali pertama terasa chemistry dengannya.

Hari berganti hari,dan beberapa teman pun mulai dengan keisengannya menjodohkan saya dengannya. Hingga akhirnya saya mulai memberanikan diri untuk menyampaikan salam padanya melalui teman se-ruangannya "yongki". Singkat cerita dari salam itu akhirnya kami dekat. Sebelum melangkah lebih jauh,saya melakukan istikharah karena disaat yang sama saya juga dekat dengan salah seorang wanita juga.

Dalam 3 hari istikharah,petunjuk selalu mengarahkan kepada dia. Sampai ada salah satu teman yang mengakatan,jika mau dilanjut maka peluang dakwahnya besar. Saat itu saya tau persis kadar keilmuan agamanya seperti apa,bisa disebut "bar bar gaes".

Namun,tetap saya lanjutkan karna mengikuti petunjuk dari Allah SWT. Selang se tahun kedekatan akhirnya kami memutuskan untuk menyempurnakan iman kami pada 12 Maret 2017. Saat akan melangsungkan pernikahan,kami pun dihadapkan pada 2 pilihan yaitu beli rumah atau nikah. Walaupun dia meminta saya untuk memilih beli rumah dahulu,namun akhirnya kami memutuskan jalan tengah yaitu menikah secara sederhana dan membeli rumah.

Setahun awal pernikahan,kami dihadapkan dengan cobaan ekonomi yang luar biasa dan pertengkaran yang tidak sedikit. Penghasilan kami berdua hanya menyisakan 10% dari tanggungan,selain itu kami juga dititipkan 3 orang adik kami dirumah yang mau tidak mau kami harus ekstra "irit".

Di tahun kedua pernikahan,istriku mulai pindah kantor demi mengharap tambahan penghasilan untuk menutupi kebutuhan ekonomi kami. Seperti biasa saya selalu antar jemput dia dikantor,karna kebiasaan ini selalu saya lakukan sejak pertama kali dekat dengannya. Walaupun lelah,tapi merupakan suatu kebahagiaan buat saya untuk memastikan istri saya keluar rumah dengan selamat.

Kebiasaan kami berdua adalah saling ngobrol,apapun itu kami bicarakan. Tidak ada hal satupun yang kami sembunyikan satu sama lain. Mulai dari aib pribadi sampai aib keluarga saling kami bicarakan berdua. Intinya,sampe daleman-daleman kami obrolin. Setiap naik kendaraan(motor),sambil boncengan dan peluk dia selalu cerita segala hal.

Saat bekerja di kantor barunya yang di kelapa gading,setiap hari dia selalu menceritakan pekerjaan dan teman kantornya. Sampai rumah pun pikirannya hanya pekerjaan. Sampai di suatu titik dia bilang "sayank,maaf ya...aku ga betah dikantor ini,aku pengen berenti kerja. Kerjaan ini bikin aq ga bisa melakukan tugasq sebagai istri untuk melayani suamiq". Sontak saya kaget,disatu sisi saya terharu,disisi lain saya bingung perihal kondisi ekonomi kami.

Namun akhirnya saya berikan jawaban "ok yang...jika itu kehendak kamu,silahkan. Biar aku sepenuhnya yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan kita karna itu kewajibanku. Tp apakah kamu bersedia jika beberapa bulan kedepan mungkin kita mengalami keadaan ekonomi yang lebih buruk?". Sambil meluk dan cium,tanpa ragu dia bilang "aq gpp hidup susah asal berdua sama kmu". Sontak kami pun menangis berdua sambil berpelukan. Tak hentinya saya cium kening dan pipinya sambil mengucap,"yang,pegang janjiku..akan aku jadikan kamu istriku dunia akhirat. Aku cinta kamu karna Allah,tanpa kamu minta pun,aku sungguh ridho sama kamu".

Dan,cobaan ekonomi pun dimulai. Membuat kami berdua harus sering puasa dalam seminggu 5 hari puasa dan week end kami hanya makan sehari sekali 1 piring berdua. Walaupun terlihat susah,kamu berdua selalu bersyukur. Tidak pernah kami tidur berbalik badan,selalu kami berpelukan. Kecuali di rumah mertua karena memang kondisinya tidak memungkinkan.hehe...Sekitar 4 sampai 6 bulan kami rasakan kondisi seperti ini,sampai ada salah satu keluarga yg menanyakan pada saya apakah masih sanggup hidup seperti ini? Hidup susah terus,kalau tidak sanggup yang tolong kembalikan saja ke kami. Pertanyaan itu sontak membuat saya kaget,saya tersenyum saya jawab "dunia akhirat nurul tanggung jawab saya,dan saya akan sekuat tenaga membahagiakannya".

Kali pertama saya sembunyikan sesuatu dari istri saya dan istri saya curiga. Selama 2 bulan saya sembunyikan hingga dia bertanya,"kmu lagi nyembunyiin sesuatu yaa dari aq?" ...yaa,seperti itulah kami,kami bisa merasakan satu sama lain. Ga perlu diungkapkan,kami bisa saling merasakan. Akhirnya saya jawab "nanti ada waktunya aku ceritakan,klo skrg waktunya ga pas". Istri saya memang orang paling kepo,tiap hari dia tanya terus "udah bisa cerita skrg ga yank?". Itu terus yang ditanya tiap hari.

Sampai akhirnya saya pindah kerja di telkom dan kondisi ekonomi kami berubah drastis,dan saya ceritakan pada nya pertanyaan itu. Dan sudah diduga dia kaget se kaget-kagetnya. Dia hanya tanya perihal jawaban saya dan langsung peluk erat serta cium saya seraya bilang "yank..aq cuma punya kamu". Sambil nangis dia terus peluk dan cium saya."makasih yaa udh berjuang buat aq,pertahanin aq,bahagiain aq...i love you suami".

Tahun ke 3 kami terasa mulai indah,kondisi ekonomi stabil. Perlahan-lahan semua keinginannya saya penuhi. Impiannya mengisi perabot rumah dan lain-lain saya penuhi. Sampai mulai ada pertanyaan tentang keturunan pada kami terutama pada istri saya yang membuatnya sedikit banyak kepikiran. Sampai saat itu selepas solat maghrib,kami terbiasa solat berjamah berdua dan maghrib itu selesai doa dia langsung peluk saya sambil bertanya "klo aq ga bisa ngasih keturunan gmn yank?" Sambil nangis dia terus mendesak saya untuk menjawab. "Semua kebutuhanku sudah tercukupi sama kamu,aku ga butuh yg lain". Bukannya nangis mereda,dia malah makin peluk kenceng dan makin jadi "yank...cium donkk".

Wallahi,sedikitpun saya tidak pernah berdoa minta keturunan. Saya hanya selalu minta dicukupkan rezeki,diberi umur panjang berdua dan barokah serta berterima kasih telah diberikan pasangan yang sehati. Tak lama,datanglah pandemi covid 19. Dan mengharuskan saya bekerja dari rumah. Membuat saya bisa puas seharian berdua dengan istri. Tahajud bareng,subuh bareng,dhuha bareng,sarapan bareng,makan siang bareng,sampai solat isya bareng. Kebanyakan waktu kami dihabiskan berdua leyeh-leyeh dikasur. Makan tinggal order,pengen sesuatu tinggal beli,pokoknya menikmati banget. Kebiasaan kami tiap sore selalu jalan-jalan naek motor berdua keliling bintara,kadang beli cemilan kadang mampir ke minimarket.yah wajar,memang istri saya hobi makan.

Ditahun ke 4 tepatnya 2021,dia lebih protektif terhadap saya karena saya beberapa kali onsite ke kantor.kebiasaan istri saya,kalau saya mau berangkat kerja semua kebutuhan saya dia siapkan.jadi saya tinggal pakai dan berangkat. Yang selalu kami lakukan,setiap mau berangkat dia cium tangan dan saya cium kening,pipi dan bibirnya lalu berangkat mengucap salam dan dia sambil senyum. Pulang kerja juga demikian,begitu saya sampai rumah dia sudah standby dengan membukakan pintu sambil senyum "assalamualaikum suami....". dia bukakan helm,jaket,tas saya. Sampai baju ganti pun dia siapkan sambil menyodorkan air minum tak lupa sambil peluk lalu saya cium kening pipi dan bibirnya. Oh iya, setiap saya berangkat atau pulang kerja,kami selalu telponan dan ga pernah ga kami lakukan. Di akhir bulan januari tiba-tiba saya bermimpi,ayah saya ngajakin istri saya jalan keluar rumah sambil senyum seraya berkata "wes zen sing tenang,nurul karo bapak". Saya ga paham apa arti mimpi itu dan ga pernah juga saya tanyakan pada siapun hanya saya ceritakan pada istri. Ayah saya memang sangat dekat dengan istri saya melebihi ke anaknya sendiri.

Di awal bulan maret,tidak biasanya istri sering nanya "klo aq meninggal duluan,kamu bakalan ngelupain aku ga yank?" dengan ringan saya menjawab," kamu kenal aku luar dalam,pertanyaan seperti itu harusnya tidak perlu lagi ditanyakan". sambil tersenyum dia bilang "makasih sayank" tak lupa peluk dan cium diberikan. [BERSAMBUNG]

No comments:

Post a Comment